KARAWANG |SUARAKARAWANG.COM | Mohammad Heigel Yusuf adalah salah satu kandidat caleg DPRD Karawang Dapil 1 yang meliputi daerah pemilihan di Kecamatan Karawang Barat, Telukjambe Barat, Telukjambe Timur, Tegalwaru dan Pangkalan. Dia ikut serta dalam pendaftaran ke KPUD Karawang diiringi para pendukung milenialnya.
Heigel memprediksi Pemilu 2024 akan jauh berbeda dengan Pemilu lalu, karena akan banyak bermunculan Caleg yang usianya lebih muda, kaum milenial. Generasi milenial kali ini generasi digital adalah generasi baru yang akan mewarnai kancah politik Nasional. Secara geopolitik dunia terkini sudah berubah.
Oleh karena itu tidak heran jika seluruh partai politik yang ada sekarang, termasuk PKB menghadirkan banyak calon anggota dewan yang berasal dari generasi milenial.
Meski demikian, menurut mantan Ketua Badan Legislatif (BLM) Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) itu masih berpikir konservatif, mengatakan yang terpenting adalah mempunyai doa restu dari keluarga. “Doa restu orang tua, para sesepuh, keluarga besar, dan dukungan dari kolega serta para sahabat relawan,” ucapnya.
Dari jejak rekamnya, Heigel adalah aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Karawang, seorang demonstran dan dikenal juga sebagai pengamat sosial politik yang tajam.
Menurut Heigel, generasi milenial akan mengisi hiruk-pikuk dunia politik 2024. Sebabnya pada 2024 dilaksanakan pesta demokrasi, pemungutan suara Pemilu serentak dengan sejumlah kompleksitas yang terjadi dan bisa saja tak terduga.
Resminya digelar 14 Februari 2024, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) berbarengan dengan Pemilu Legislatif (Pileg), Pemilihan anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota dan DPD RI. Setelah itu Pilkada memilih Gubernur, Bupati dan Wali Kota diselenggarakan serentak di seluruh daerah 27 November pada tahun yang sama.
“Generasi milenial yang berusia minimum 21 tahun banyak mencalonkan diri sebagai Caleg. Selain itu dalam sejarah generasi muda Indonesia dinilai mampu membawa angin perubahan (Wind of Change). Untuk hal yang baru, khususnya sekarang ini kaum milenial yang menguasai dunia digitalisasi.
Hadirnya digitalisasi saat ini juga akan memberi gambaran dan arah terkait bagaimana kita akan menghadapi gelaran Pemilu berikutnya baik tahun 2024, apalagi 2029 dan seterusnya. Arus digitalisasi bakal menerjang tak terbantahkan,” katanya.
“Anak-anak muda milenial itu penting, dari sudut pandang visi partai politik perlu mendapat perhatian serius, hal tersebut akan erat kaitannya dengan regenerasi dalam perpolitikan di seluruh Indonesia masa depan.
Banyak partai mendorong optimisme pada generasi muda dan mengajak bergabung, artinya para senior elite politik sadar dan menerima hadirnya digitalisasi masa depan di tangan para pemuda, ujarnya.
Setelah resmi menjadi caleg dan daftar ke KPUD Heigel mengaku akan segera mengoptimalisasi dan fokus pada tujuan memperkuat basis massa, terutama di kalangan anak muda. Konsolidasi sampai ke tingkat desa untuk mempermudah koordinasi dalam menangkap permasalahan masyarakat sesuai segmen sosialnya.
“Selain itu saya sadar diri, harus patuh pada wejangan para sesepuh yang konservatif yang mendukung nilai-nilai tradisionalis dalam hal yang sangat mendasar terkait sikap politik kalangan muslimin-muslimat kultural, yakni :
Pertama, Assiyasatu juz-un min aj-zaisy syari’ah (Politik adalah bagian dari syariah), yang berarti bahwa berpolitik sesungguhnya bagian dari perjuangan menegakkan syariah dan Islam Ahlus Sunnah Wal Jamaah serta bernilai ibadah.
Kedua, Assiyasatu mabniyatun ‘ala ‘aqidatiha (Politik dibangun atas dasar ideologi). Maka, sudah seharusnya sebagai muslim, saya memilih PKB, karena aqidah (ideologi) PKB sama persis dengan aqidah saya dan komunitas saya.
Ketiga, Assiyasatu istishlahu annas ila at thoriqi al munji dunyan wa ukhron (Politik adalah upaya untuk kemaslahatan bagi umat manusia menuju jalan yang menyelamatkan dunia dan akhirat).
Meskipun sangat berat dalam realitas pelaksanaannya, paling tidak wejangan sesepuh ini menjadi panduan, sebagai navigasi tujuan muslimin-muslimat milenial terjun berpolitik agar tidak kehilangan arah,” tutup Heigel. (Red)