KARAWANG | SUARAKARAWANG.COM | Di hari pemutaran perdana Film Mantra Surugana yang tayang serentak di bioskop Tanah Air tanggal 27 Juli, Peregrine Studios bersama Adhya Pictures dan ZK Digimax Gelar Cinema Visit di CGV Festive Walk Karawang
Film Mantra Surugana diperankan aktor-aktor muda Indonesia berbakat seperti Sitha Marino, Cindy Nirmala, Fergie Brittany, Shabrina Luna, Rafael Adwel, Dewa Dayana, Yusuf Mahardika. FILM “MANTRA SURUGANA”, menceritakan tentang bangkitnya sosok iblis lewat mantra dan kutukan yang menghantui TANTRI (Sitha Marino) di sebuah asrama dan menemukan hubungan mengerikan dengan mantra dan kutukan di masa lalunya. Mantra dan kutukan itu membangkitkan Iblis Surugana yang meminta korban nyawa.
“Kami sangat senang tanggal 27 Juli, Film Mantra Surugana telah tayang di bioskop Tanah air secara serentak. Saya sudah tidak sabar mendengar komentar para penonton setelah menonton film ini. Kami berharap kerja keras dan dedikasi penuh yang kami curahkan untuk film ini mendapat apresiasi dari pecinta film Tanah Air khususnya genre horor. Menggarap film horor yang berkualitas memang butuh komitmen, untuk itu kami bangga dapat menghadirkan film ini yang kami pastikan menjadi tontonan film horor yang tidak biasa dan menambah deretan film horor yang layak dinikmati”, kata Chief Executive Producer Peregrine Studios, Ervina Isleyen.
Sutradara Film Mantra Surugana, Dyan Sunu Prastowo mengatakan, “Film Mantra Surugana penuh tantangan, karena film horor ini mengangkat tema dari tanah pasundan yang sarat akan kebudayaan sunda, pembuatannya pun membutuhkan proses panjang dengan melibatkan konsultan bahasa dan sejarah sunda kuno. Film ini sangat dekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari, banyak pelajaran yang bisa kita ambil setelah menonton film ini. Kami berusaha memberikan yang terbaik untuk film horor di Indonesia”, ujar Dyan Sunu.
Dalam pembuatan Film Mantra Surugana menggunakan teknologi CGI (Computer Generated Imagery) untuk memaksimalkan visual di dalamnya agar bisa ditampilkan sangat menarik dan nyata, juga melibatkan penyanyi muda berbakat Sara Fajira dalam pembuatan Soundtrack Film Mantra Surugana.
Ditambahkan oleh lham Nurwansyah, Peneliti Naskah Sunda Kuno, “Saya bangga dapat menjadi bagian dari literasi di film ini. Meskipun mengusung genre horor, tapi film ini menyuguhkan jalan cerita baru yang tidak bisa ditebak. Film ini juga memperkenalkan kembali mantra yang memang sudah akrab dalam kehidupan masyarakat Sunda sejak zaman dahulu, dan mengangkat mantra Sunda kuno yang mungkin sebagian orang belum tahu. Selamat kepada Peregrine Studio yang mampu menghadirkan tontonan perpaduan hiburan dan edukasi budaya” ungkap Ilham.
Salah satu pemain utama Sitha Marino juga sudah tak sabar menunggu Film Manta Surugana tayang di bioskop tanah air.
“Setelah saya menonton film ini sebelumnya di Gala Premiere minggu lalu dan saya sangat menikmati hasil akhirnya. Jadi saya semangat dan optimis film Mantra Surugana ini akan disukai oleh seluruh pecinta film horor di tanah Air, karena film ini akan menjadi film horor yang berbeda dari yang sudah ada”. Ulasnya.
Tentang Mantra dan Warisannya
Film Mantra Surugana, mengangkat Mantra Sunda dalam tradisi naskah lama. Ekspresi mantra diucapkan dalam bahasa Sunda kuno yang digunakan 5 abad silam. Mantra Sunda dipandang sebagai dokumen dan kearifan lokal budaya Sunda. Pengamal Mantra atau orang yang mengucapkan dan mengamalkan mantra tersebut menjadi suatu tujuan tertentu, beranggapan bahwa membaca Mantra sama dengan membaca Doa. Pada dasarnya Mantra adalah ekspresi doa, yang digunakan untuk suatu tujuan baik. Teks-teks Sunda klasik menyiratkan bahwa umumnya mantra digunakan untuk kebaikan, kesejahteraan, kesuburan dan kedamaian.
Mantra digunakan untuk menolak bala dan mara bahaya dalam upacara ruwatan. Sejak zaman Sunda kuno, laku ruwatan telah dilakukan untuk membersihkan lahan dari pengaruh buruk makhluk-makhluk jahat dan pengganggu, antara lain Udubasu, Kalabuat, Pulunggana, dan Surugana. Tapi ada juga yang menggunakannya untuk tujuan jahat untuk mencelakakan manusia.
Seiring berkembangnya kebudayaan Sunda, mantra bertransformasi dalam setiap zaman dan tetap eksis hingga saat ini di tengah masyarakat Sunda. Rajah, jangjawokan, asihan, adalah sebagian bentuk lain dari ungkapan mantra yang mengikuti konteks penyesuaian zaman dan penggunaannya di masyarakat. Antara lain dalam bentuk ungkapan bahasa, istilah, dan unsur kesakralannya. Namun selalu ada benang merah yang terbentang dari masa lalu hingga masa kini.
Kajian struktur dan makna mantra telah mampu menguak eksistensi dan fungsi Mantra dalam upaya mengungkap baik dan buruknya penggunaan Mantra. Mantra layak disikapi secara bijak agar Pengamal dan masyarakat awam dapat hidup berdampingan, selaras dan harmonis “MANTRA MENJADI BAGIAN DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT SUNDA”.
Naskah-naskah Sunda Buhun ‘Kuno’ termasuk salah satu unsur budaya yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial budaya masyarakat yang melahirkan dan mendukungnya, yang tertulis pada daun gebang, lontar, gebang, belahan bambu, dan kulit kayu (daluang). Secara umum isinya mengungkapkan peristiwa masa lampau yang menyiratkan aspek kehidupan masyarakat, terutama aspek sosial dan budaya.
SINOPSIS FILM MANTRA SURUGANA
Sejak tinggal di asrama kampus, Tantri (17) mengalami berbagai kejadian menyeramkan. Asta, Fey, dan Reza, senior di kampus, curiga hal itu terjadi karena Tantri tinggal di kamar Arum, sahabat mereka yang tahun lalu hilang secara misterius dan diikuti pula oleh hilangnya mahasiswa lain bernama Luki.
Keesokan harinya, suasana kampus gempar. Tantri menemukan mayat Luki sudah membusuk. Kepada Asta, Tantri mengaku mendapat bisikan misterius kalau Luki bunuh diri secara mengerikan.
Menyadari Tantri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki orang lain, Asta dan teman-temannya minta Tantri mencari Arum. Di rumah Arum yang terbengkalai, Tantri menemukan buku kuno berisi Mantra. Mantra yang jika dirapalkan bisa membuat seseorang terbunuh. Ternyata ada rahasia yang dibawa mati Luki, yang menyeret nama Asta dan teman-temannya sebagai orang-orang yang dimantrai.
Niat menyelamatkan diri dari pengaruh Mantra malah berkembang menjadi bencana bagi Asta dan teman-temannya, juga bagi Tantri. Mantra yang telanjur terucap ternyata memanggil sosok pembalas dendam yang mengincar mereka. Dan dendam itu ternyata ada hubungannya dengan masa lalu masing-masing.
Tidak bisa tidak, Mantra harus dibalikkan, buku Mantra harus dihancurkan, atau mereka sendirilah yang hancur.