KARAWANG | SUARAKARAWANG.COM | Sebuah naskah wayang yang berdurasi panjang lebih dari 6 jam dalam sebuah pementasan baku sedapat mungkin diperpendek dalam 45 menit, betapa bukan hal mudah dan itu dilakukan oleh Dalang Anak (usia 8 – 11 dan 12 – 15 tahun), sebuah pencapaian yang bikin kita berdecak kagum.
Itulah Festival Dalang Anak tingkat Jawa Barat yang digelar di padepokan Gentra Manah kediaman Ki Dalang Abah Haji Darsa Wibiksana (ketua PEPADI – Persatuan Pedalangan Indonesia, Jawa Barat), di Jenebin, Karawang, Jawa Barat (23/08/2022) yang diikuti tujuh kabupaten kota, diantaranya; kabupaten Bogor, kota Bogor, kabupaten Bandung, kota Bandung, Tasik Malaya, Kuningan, dan Subang.
Sedang kabupaten Karawang tidak turut serta di tahun ini lantaran tahun sebelumnya sudah mendapat juara dua kali berturut-turut (2020 dan 2022) di sebuah Festival Dalang yang sama.
“Ini memberi kesempatan pada kota lain,” kata bapak H. Waya Karmila selaku ketua pelaksana acara yang juga adalah Kasi Seni dan Budaya Disparbud Karawang, meneruskan ujaran Ki Dalang Darsa Wibiksana.
Sementara untuk kategori Wayang Kulit sudah diwakili oleh Cirebon. Keempat dari juara festival ini – 2 juara anak-anak dan 2 juara remaja, plus Cirebon kelak mewakili kontingen Jawa Barat dalam Festival Dalang Anak tingkat nasional; yang rencananya diikuti 21 provinsi di Indonesia, dengan menampilkan wayang golek, wayang kulit, wayang cepak, wayang menak, dan sebagainya.
Yudi Yudiawan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karawang, ditengarai bahwa, “Kegiatan ini sangat bagus dan perlu dukungan dari pemerintah serta apresiasi yang tinggi.”
Sementara bapak Firman Sofyan Kepala Bidang Kebudayaan Disparbud Karawang, menambahkan, “Bukti prestasi dalang anak perwakilan Jawa Barat mampu memboyong sembilan juara dalam Festival Dalang Anak tingkat nasional di tahun sebelumnya.”
Adapun kriteria penilaian di festival ini tidak pada ‘binojakrama’ seperti konserfasi tradisional yang biasa digelar dalam festival PEPADI 2 tahunan, namun lebih pada format kreativitas, yakni bagaimana peserta dalang mampu menghidupkan dramatik adegan, dramatik lakon dengan cermat dan efisien serta asfek yang berkenaan dengan kaidah pokok pertunjukan serta kepiawaian ‘sabetan’ yakni memainkan wayang dari menari, peperangan atau gerakan-gerakan khusus, selain olah vokal; ‘kakawen’, ‘murwa’ juga memelihara lakon dari babak awal sampai akhir, disamping kreativitas bahasa ‘antawacana’, serta gending kudu tergarap guna membangun suasana adegan.
Dewan juri sendiri yakni, bapak Dr. Cahya Edi dan bapak Nanang Suhendi, S.Sn.
Diantara nominasi keempat dalang itu yakni, Denika (10 tahun) dari Kuningan, Rizky Febrian Firmansyah (11 tahun) Tasik Malaya, Aditya Erlangga (13 tahun) Tasik Malaya.
Kita boleh berbesar hati betapa budaya adiluhung masih terjaga dan lestari karena dalang-dalang kecil telah lahir sebagai pemegang tongkat estafet, berani unjuk gigi dan kita dengan penuh seluruh mendukung upaya besar mereka demi peradaban sebuah negeri. (JunBiull)